Friday, August 24, 2001

KKA 170/YWP Rumi

Ass.wr.wb
Penulis-penulis Sufi memandang bahwa peringkat-peringkat cinta ada hubungannya dengan etika dan peringkat moral seseorang, serta besar kecilnya kepentingan diri yang terkandung di dalamnya. Pada saat yang sama cinta juga di pandang sebagai metode tertinggi dalam mengenal hakekat sesuatu atau rahasia tersembunyi kehidupan yang menggerakkan nasib dan perbuatan seseorang. Ringkasan Kisah Masyarakat Binatang dan Singa yang dipaparkan Rumi dalam Matsnawi mungkin dapat memberikan penjelasan. Dalam cerita ini dipaparkan pertentangan antara kepercayaan pada takdir dan kehendak bebas, serta antara metoda rasional dan metode cinta. Metode cinta di capai dengan memperbanyak ibadah dan melaksanakan disiplin kerohanian, dan hasilnya adalah makrifat serta pengetahuan langsung dari Tuhan yang di sebut Ilham. Oleh karena itulah manusia Adam yang dicipta dari tanah liat martabatnya menjadi lebih tinggi dari malaikat yang dicipta dari cahaya. iblis yang bertapa 1000 tahun dan mengusai dunia supranatural, juga lebih rendah dari Adam karena tidak mau minum susu pengetahuan agama. Mereka yang bersandar pada hasil pengamatan empiris dan formal tidak memperoleh susu lezat dari ilmu hakekat. Mutiara tidak dijatuhkan ke dalam lubuk lautan dan langit,melainkan ke dalam kalbu manusia yang tercerahkan.

Kaum formalis sering tak dapat membedakan pengetahuan orang arof dan dirinya karena melihat ilmu dari segi lahirnya semata. Nabi, kata rumi akan makan dan minum seperti manusia biasa. beliau memiliki pengetahuan , akhlaq dan kepribadian yang tak di miliki orang lain, termasuk para sahabat, wali dan ulama.

Tutur Rumi :

Jangan mengukur orang arif dan orang suci.

Melalui ukuran yang berlaku atas dirimu;

Cara menulis kata sher (singa) dan shir (susu) mirip

Namun keduanya memiliki makna yang berbeda.

Apabila cara pandangmu seperti itu

Maka seluruh dunia tak akan ada artinya;

Memang tidak banyak orang

Yang pantas di sebut hamba Tuhan sejati.

Mereka mengaku sama dengan nabi dan wali

Mereka mengira wali seperti mereka juga.

"Lihat!", kata mereka,"Kami ini manusia,

Mereka juga manusia; kami dan mereka

Sama-sama terikat pada tidur dan makan.

Dalam kebutaan mereka tak tahu

Bahwa antara keduanya terbentang jarak yang luas

Tawon dan lebah memang makan

dari Sumber yang sama; Namun yang satu

Hanya memiliki sengatan yang menyakitkan

Sedang yang lain membuat madu yang lezat.

Sindiran terhadap orang yang merasa puas terhadap tafsir formal

yang dangkal terhadap sesuatu, termasuk ajaran agama.

(KKA 170/YWP/regent hotel/24 Agustus 2001)