Wednesday, August 24, 2005

mimpi cerah

Location : Damaran
Day/Date/time : Rabu 24/08/05 Soundtrack : sastra jendra : pupuh 1
Story of the beating of my heart :

Time : 07.00-10.38 wib
Split to :
Tidur di kamar di antah berantah, ada jendela tua yang di tutupi dengan karpet plastik coklat, kepala nampak berat, kadang ingin lepas dari badan. Plastik itu di sobek sehingga ada sinar dan udara yang masuk. V.O = dulu tempat ini bekas dipakai untuk diskotik.

Cut to :
Di depan sebuah rumah di pingir jalan sempit di parkir sebuah becak/kancil/mobil kecil, lalu teman-temanku minta Hari Hartono memfilsafatinya, lalu aku duduk menahan tidak bicara, lalu aku tinggal sebentar mungkin dia malu menjawabnya, tapi setelah beberapa lama kok dia ngga jawab-jawab, ternyata malah dia pusing kepala, sambil cngengesan. Jadi yang bisa melaihirkan dalam batin aku ya Har..heheh. Teman-teman kecewa karena terlalu mengaharap jawabannya.

Cut to :
Sorang perempuan SD datang langusng masuk ke dalam meja, rupanya ponakannya Heri datang, "Dulu ketika aku ke sini masih kecil sekarang sudah besar" kataku. Infact : aku belum pernah ketemu, entah siapa yang mengarang cerita. Lalu kami bertiga masuk kamar, kelihatannya memang bukan rumah Hari. Entah siapa yang mengkhayal.

Cut to :
Aku tiba-tiba berjalan di Dago Pojok, seorang teman mengendarai sebuah mobil dari plastik warna perak dan tertutup rapat, pintunya Cuma di slerekkan, bentuk seperti kapsul, menaikinya sambil tengkurap. Aku lihat si ce itu menemui kesulitan, lalu aku di ajak ikut" masuk aja lagi," katanya. Ternyata aku di suruh menyopir padahal aku sudah mengambil posisi duduk di kanan, jadi harus pindah ke kiri, kebayang khan ketika pindah jadi bersentuhan badan kita. Dari luar rupanya orang banyak yang lihat, " Hei buka dong, buka dong!" Aku pikir apanya yang dibuka ? hatinya ? telingaku masih terngiang-ngiang tembang sastra jendra tersebut. Kemudian aku keluar, dari belakang mobil sudah berderet sambil mengklakson.

Cut to:
Aku lihat di rumah TV kecil yang di bongkar, mungkin ingin di ubah supaya berwarna. Sekejap kemudian TV itu sudah berwarna dan menyala walau keadaannya amburadul, tidak di tutupkan lagi chasingnya. Lalu aku bilang Joko adikku, aku tanyakan kemana TV kecilku dulu.

Cut to:
Ext : dago atas
Time : pagi hari

Aku pulang bertiga dengan seorang penyanyi ce mirip NBA dan seorang co ganteng entah siapa yang jelas mereka sudah kenal dekat. Dalam keseharian aku belum kenal hanya mengikuti saja jalan cerita mimpinya. Langit terang benderang matahari sudah agak tinggi, sampailah kami ke sebuah perumahan elit dengan arsitekturnya yang khas, ceritanya aku mengantar mereka pulang. Sampai di situ aku berusaha mengidentifikasi sedang dimanakah aku ini. Si co-nya juga ingin dnegar dariku, tahu ngga aku dimana. " sepertinya sudah pernah ke sini kawasan dago ya ? Rumah kang purwa bukan ? kataku. "Bukan !,"katanya. Ah sudahlah daripada pusing.

Cut to:
Aku heran kenapa aku ngga di persilahkan mampir, ngopi sebentar gitu. Lalu si ce itu melambaikan tangannya sambil senyum di tangga masuk rumahnya. Tapi aku ngga mau balas senyumnya, "kok seolah aku di usir yah?" Lalu tingalah si co itu. Mungkin tahu kalau aku mau minta kopi.

Cut to :
Muncullah seorang membawa beberapa gelas kopi, aku kira kita mau ngopi bersama dulu, ternyata dia hanya penjual kopi yang berpakaian fancy lewat di depan rumah. Aku lihat di belakangku pada ketawa. Merasa seperti di remehkan aku "malangkerik". Pakaian mereka memang bersih, tapi belum tentu hatinya. Aku diminta ambil satu kopinya sama si mang, sambil dia berkedip dnegan si co itu, mungkin sudah kompakan.
Aku lihat harganya Rp. 1001 :/ segelasnya.

Pas aku mau minum terlihat bentuk kopinya aneh seperti potongan-potongan obat nyamuk kecil warna coklat,"ah cuek saja" Begitu aku basa-basi mengangkat gelas ke mereka , ujug-ujug mereka sudah berempat di belakangku sambil mengangkat gelas berisi minuman jeruk panas. Perasaanku menjadi tambah ngga enak, mungkin ini sebuah penolakan, supaya segera pulang. Ah aku mau tunggu saja siapa yang akan muncul lagi. Si co itu masih menemani aku. Aku lihat wanita-wanita berkostum rapi seperti ingin pentas menari, muncul dari balik pintu taman bawah.hmm seperti SR'94 itsrinya victor.

Cut to:
Setting berubah di komplek dengan pemndangan luas.
Aku mencari bak sampah untuk membuang bungkus aqua gelas, lalu si co tadi menunjukan ke seberang jalan bak sampah sebesar lapangan voli yang isinya sampah botol plastik bejibun. Aku heran si co ini ngga ganti-ganti, apakah dia yang selalu menjagaku. Kok mirip syahrul heheh.

Lalu aku lihat di belakangku tanah lapang dengan rumput hijau, sekelompok wanita lagi menari dengan pakaian yang indah, katanya buat persiapan nanti di studio.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home