Saturday, January 20, 2007

Selamat Tahun Baru Hijriah

Location : Damaran
Time/date : 03.00-04.00 wib / 20 Januari 2007
Story of my dream :

Jiwaku berjalan-jalan di sebuah kuil kuno terbuat dari batuan warna coklat muda. Sepanjang perjalanan kami ngobrol tentang bahasa. Aku jadi ingat bahwa pernah punya
panduan bahasa yang mereka pakai. Seorang anak kecil tiba-tiba berjalan di areal yang dilarang, lalu aku panggil di balik. Sekilas wajah-wajah bule itu aku ingat, kok seperti ada yang mirip joke & bert.

Jiwaku berada di sebuah lorong jalan di jepang, di mana di salah satu pojoknya kulihat tikus got. Ternyata ada juga ya di jepang heheh. Kemudian aku ingat mau sholat, maka sholatlah aku dengan makmun pada seseorang.
sementara sesorang mengamati, baju yang aku pakai pakai terbuat dari plastik transparan. Boleh ngga ya ? Sadar dan aku tukar baju biasa.


Ibuku mengetuk-ketuk pintu membangunkan tapi karena lagi tanggung mimpinya maka biarkan saja dan sekitar pukul 10.00 wib

Jiwaku berada di sebuah sekolah antah berantah, tapi lebih mirip asrama. Kok jadi seperti orang kuliahan lagi, lagi-lagi ada mata kuliah yang belum ke ambil. Dan kenapa aku musti pusing ya mencari tahu, orang ini bukan diriku.
Bersama-sama teman semasa SMA, bermain camecorder. Kadang swasana berubah jadi terang dengan hadirnya ce2 bening-bening yang suka di foto, sontak saja aku ambil kamera dan memoto mereka. Lagi-lagi kameranya macet gara-gara low bat.
Sekilas seorang penari muncul dari sekolah dasar ku dulu dan langsung mbak itu bergaya dengan background hijaunya padi di sawah. Begitu aku ambil kamera mau di foto, eh makin menjauh itu penari. Apakabar OH US?

Jiwaku berada di sebuah kantor, seorang temanku berjaket hitam plastik da kelihatan bersih sedangkan aku berjaket ala pelajar dan berwarna agak kusam. Memang sebenarnya warna dari sononya begitu. Sepertinya temanku itu kasihan aku pakai jaket kusam itu, lalu dia menyimpan jaketku bersama jaketnya. Aku jadi ingat jaket itu tertinggal di jepang.

Muncul jiwa arif SI`90 ITB masih dengan rambutnya yang brindhil, naik motor pulang entah dari mana, kendaraan kami melintas di depan mbok-mbok yang jualan duduk dipinggir jalan pakai kemben saja. Begitu nengok lagi seperti pada telanjang semua.
Arif mungkin iba juga lihat aku pakai jaket seperti itu, walau habis di cuci juga kelihatan lusuh, emang warnanya begitu. Aku haus sekali dan beli es lilin untuk pelepas dahaga. Teman-teman di jepang dicela sudah sering/biasa. Sudah doktor, pun masih sering dicela karena merendah.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home