Tuesday, December 19, 2006

lesehan di bandung

Location : Damaran
Time/date : 07.00-10 wib/ 18 Desember 2006
Story of my dream :

Jiwaku berjalan di sebuah sekolah antah berantah yang gedung-gedungnya belum pernah aku lihat sebelumnya tapi perasaanku ada di kampus SMA ku dulu. Aku berjalan dengan seseorang seperti SS yang sekarang di beacukai. Saat memilih untk kegiatan ekskul aku dihadapkan beberapa pilihan. Siapa yang bawa hatiku ?

Di sini aku di uji, mana yang membuat hatiku terasa ringan. Nah ini dia ada sebuah ekskul yang berbau arab, di situ kami di ajari bahasa Arab. Dari kejauhan aku kihat serang mirip AA dan mas docan sebangku. Namun AA tidak pakai jubah putih tapi hijau tua mengkilap. Lalu aku dekati, belum smpat sampai AA nya sudah bernajak pergi.

Location : Damaran
Time/date : 05.00-06.00 wib/ 19 Desember 2006
Story of my dream :

Jiwaku berada di sekitar rumah mendengar swara di kumandangkan padahal langit sudah keadaan terang begini, om mimin menyilhakan untuk sembahyang.
Sementara kedua telingaku terus mengarah ke radio yang lagi berita dari BBC. Frekuensi itu menggelombangkan jiwaku ke sebuah daerah mungkin di gantiwarno dimana di situ aku pernah mengambil gambar diriku di depan korban gempa.
Seseorang teman SMA yang berbadan agak gelap agak sedikit iri melihatku yang banyak disukai walau juga berkulit gelap. Di sebuah rumah aku temui seseorang malay yang cerita tentang dimana kuliahnya, dll. nama kampusnya saja lucu.
Entahlah aku lupa lagi namanya.

Sekejap aku berada di bandung di sebuah keramaian di lesehan di trotoar, aku bersama hendri kawanku di Tipos dulu dan seseorang lagi entah siapa. Di sepanjang trotoar kaki lima kami temui permainan-permainan unik yang di permainkan beberapa orang.
Aku baru sekali melihat permainan-permainan itu. Akhirnya kami ikut main dan aku kira si hendri juga sama bodohnya seperti aku. Ternyata dia sangatlah lihat, tidak di duga-duga dia bisa menjelaskan tentang kondisi keuangan di sebuah negara, sambil tangannya meremas tabung keramik.
Anehnya keramik itu masih seperti basah saja. Dia remas sehingga lobangnya bisa dimasuki uang receh. Aku terharu karena ternyata dia pintar. Wajahnya masih seperti dulu namun sekaranga agak gelap. Aku baru sadar swara itu di dubbing radio,jadi bukan dia dong yang pinter tadi heheh.
Giliran yang lainnya memainkannya tapi swara radio menjadikan mimpi ini tetap berlanjut.

Kami duduk ngobrol di sebuah trotoar dan atmosfir BIP nya kerasa banget, di samping kananku duduk hendri tadi ( kalau di jogja dipanggilnya mas pur hehe ). Dan wajahnya sekarang kok agak putih dengan rambut seperti bule. Anehnya dia sekarang nampak putih dan ganteng rambutnya juga putih.
Apakah bias dengan iwan fals heheh. Aku lihat AD dan MI jalan sambil menggendong anaknya nampak kebingungan habis nyanyi di sebuah gedung. Kok nampak seperti ngga ada yang mengenali dia yah ? Emang ngga ada yang ngefans ke mereka apa ? Dia kebingungan tengok kanan kiri mencari kendaraan,
Mirip bang iwan fals. DA kemudian melihat Hendri yang lagi duduk lesehan dia menyapa kecil dari kejauhan seolah bicara : he kemana aja kamu ? Lalu dia berlalu dan mnghilang diantara hiruk pikuk manusia. Aku lihat dia mengejar istrinya yang sudah menyeberang jalan.

Kami berganti swasana di sebuah pegunungan, aku membawa sebuah tempat pembakaran dupa dari bambu tapi dupanya tidak bau. Seperti piknik saja dengan anak SR. Piknik kok ke kuburan hehe, tapi makam yang swasananya tidak seperti makan lebih mirip seperti ranjang terbuka.
Di sepanjang perjalanan kami membawa dupa itu. Kami beristirahat sebentar dan berfoto-foto ria. Masing-masing punya kamera digital sendiri. Kami saling minta tolong di foto. Eh ada aminudin siregar hehe, giliran aku mau foto kameraku rusak, kok jadi kendor semua sekrupnya.
Aku pikir apakah tandi kedudukan sewaktu di taruh di tas.

Singkat cerita sampailah lokasi peristirahatan anak-anak jepang. Aku lihat mereka di selimuti wool kubiran. Nampak kakaknya yang masih hidup mengeloninya.
Tidur dengan damai, aku mendekati salah satunya dan memanjatkan doa untknya dalam hati. Eh ada jawaban dari dalam nisannya dalam bahasa jepang, swara anak kecil bergema.
Berarti kalau aku berdoa dalam mimpi dalam hati malah di jawab dong heheh. Kakaknya tadi kemudian pergi dan tidak nampak kesedihannya. Juga orang-orang di sekitarku mereka hanya melihat-lihat saja.
Akhirnya sudah selesai perjalanan kami menyusuri makam dan dupa di buang begitu saja di atas selimut bagus kembang-kembang itu. "Ah sayang sekali, jadi kotor selimutnya" gumamku. Sedang aku jadi tertarik
dengan tempat dupa nya yang unik, baru kali ini aku melihatnya, itu pun dalam mimpi. Maka aku bawa saja pulang, aku masukkan T-shirt sambil kupengangi.
Dalam perjalanan menuruni makam aku lihat sekilas AD tadi sudah dapat kendaraan dan menunggu diperempatan. Setelah pintu keluar makam di luar sudah menunggu para penjaja souvenir.

Sekilas ada chuson teman SMP ku di situ, " lho ngapain dia di sini?" pikirku. Oh ternyata dia lagi mengawasi anak buahnya yang lagi jualan saouvenir. Sementara anak buahnya itu mirip randy, dia mengejarku menawarkan barang dagangannya.
Ah beli apa ngga yah ? Kalau ngga, nanti ngga enak sama chuson. Randy memperragakan mainannya itu, dilemparkannya ke atas hehe bisa terbang seperti bunga brotowali, tapi dari rotan. Sepertinya dia melihat ketidaktertarikanku, lalu dia mengeluarkan mainan yang lainnya.
Nah ini bikinan bu retno ( istri chuson ) sambil senyam senyum, aku semakin tidak enakan kalau ngga beli. Sementara tangan masih menggenggam wadah dupa tadi. Sengaja aku perlihatkan sedikit supaya tidak dikira bawa sesuatu yang mencurigakan.

09.00-13.00 wib

Jiwaku berada di rumah tapi jaman dulu belum direnovasi, masa di dalam rumahku ada seorang penyamun yang lagi@mabuk.
Sementara orang bubaran dari sembahyang masjid. Swasana agak gelap jadi aku ngga bisa kenali orang yang mabuk itu
Kemudian kami seret saja keluar, beberapa yang hadir dalam mimpi siang blongki itu yaitu must donk (sebenarnya ngga dikehendaki masuk hati).
Anto adikku juga di situ. Rupanya dia tahu siapa orang-orang yang pada minum bir itu. Aku terpaksa menangani sendiri si pemabuk itu.
Aku bacakan ayat kursi hingga terbakar dadanya. Habis mabuk ngga tahu tempat, di rumah orang begitu, ngga lihat apa deket masjid. Aromanya juga kemana-mana.

comment :
Ceritanya juga sangat jauh dari kenyataan hidupku. Hanya menguras energi saja. Pikirannya kok ngelantur keamana-mana, aku tidak menuduh siapa yang khawatir.
Di rumah cuma ada bapakku saja. Padahal khan cuma berpikir bagaimana kalau botol-botol itu di buat vas bunga. Baru berpikir saja belum berbuat sudah di adili. Tega benar ya, mending sandar saja.
Mungkin cara menalarku dihadapkan pada posisi tersangka yang yang akan dihakimi oleh nalar,dibela oleh nalar, dengan saksi dan juri nalar pula.

Cerita kedua mengalir saja, seorang saudara ingin nikah datang dari luar jawa, tapi naas di tengah jalan ada musibah. Aku naik bus di depan, kadang naik bobil.
Karena konvoi malah menimbulkan kemacetan di jalan, dan banyak para pelajar ikut meloncat naik dibelakang mobil, ada salah satunya yang jatuh.
Kami ternyata malah wisata mampir semarang lihat pantai. Atau bias dengan yamashita koen ? Di cerita kedua ini mimpiku agak terang, jadi aku santai saja mengikuti jalan ceritanya.
Aku lihat Aca ponakanku pulang sendiri, padahal masih kecil naik kereta kuda, kemudian sampai stasiun naik kereta. Aku ngga punya ongkos pulang ke Klaten. Kirain dibayarin Aca hehe. Dia mengacungkan tangannya yang membawa lemabaran dan ternyata bukan duit rupiah. Jadi dimana aku ini ?

comment :
Persepsi yang mengendalikan panca indera jelas memiliki kelemahan, sebab pancaindera manusia memiliki kekurangan pun pancaindera hati. Demikian juga dengan ingatan, karena ingatan dapat hilang atau hanya akan
menanggapi hal-hal yang menjadi kertarikannya saja dan melupakan detailnya yang mungkin malah itu sebenarnya yang penting. Kadang ingatan kita juga bercampur dengan persepsi emosi sehingga kurang dipercaya untuk
mencapai suatu kebenaran.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home