Tuesday, March 14, 2006

kapal panas

Location : Damaran
Date/ Day : Selasa 14/03/06
Story of the beating of my heart :

Kalau aku tidur tengkurap biasanya yang aneh-aneh yang menempel di punggungku.

Int :
Sebuah kamar remang-remang, sekelebat hewan melata sejenis reptile.

In fact :
Terasa punggungku ada sesuatu nempel berbulu,
aku "gilo" artinya jijik lalu aku bangun saja, aku membalikkan badanku.
Sejenak seperti hatiku nereview swasana hotel, beberapa jam yang lalu.
Kira-kira jam 3 pagi aku di bangunkan oleh swara "gedebug" dan swara minta tolong.
Rupanya kakekku sudah terjatuh ke belakang di Toilet sebelah kamarku. Aku bangun dan menolong membangunkan kakekku.
Aku lihat tongkatnya di sampirkan di pintu masuk toilet, " kenapa tongkatnya ngga dipakai mbah?" tanyaku.

cut to :
Int : sebuah ruang kotak besar mirip balkon
Hadir Guru duduk di tengah, seperti ada pengajian. Ada tangga turun seperti swasanan di SR dengan nuansa hati putih.


cut to:
Time : after Subuh.
Setting : rumahku jadul sebelum renovasi.
Ari adikku mengejar diriku melewati pintu dapur dan keluar ke tempat wudlu.
Begitu juga Anto, minta penjelasan atas apa yang masuk pendengaran hatinya.
Ari yang sehari-harinya berjubah dan berbaju takwa itu, di mimpi kali ini cuma bercelana pendek saja, tanpa jenggot.
seperti kembali ke masa kecil, mungkin si pengkhayal sambil lihat foto jadul. Aku bilang saja pada Ari bahwa yang seperti kamu ini, banyak sekali jadi jangan sombong.
Lalu badannya terjerembab, seperti kena palu godam saja. Begitu juga Anto masih belum ada tatonya.
Anto bertanya, " Kenapa panggil dia Bapak ? ". Berarti salah kaprah dong hehehe. Wong hatiku terpaut di Bapak Guru.
Rupanya semua adikku pada mendengar swara hatiku, tanpa aku sadari. Aku bilang pada Anto, "Ketika itu perasaanku seperti kiamat saja."
Tiba-tiba badannya jatuh tengadah tak bergerak didepanku. Sejak aku sadar bahwa mereka dengar malah aku diam saja, dahulu memang sering bicara pakai kromo inggil maka adikku pada melahirkannya. Mungkin sudah capai mengajari mereka. Bisikan : Anto takut sama swara hati.

In fact : Anto di midle east, Ari di Semarang, si pengkhayal di mana yah ? Swasana hatiku seperti dikejar-kejar saja

cut to :
Int : rumah saudara di sukabumi.
Ada Arif, Latif, dan ibunya.
Aku menalinya ban sepeda tua milik Latif dengan rafia.

In fact : ngga ada sepeda tua di sana.

Time : 07.00-08.00 wib

cut to :
swasana hati : seperti tungku pembakaran
Aku berada di sebuah anjungan kapal, pandanganku sebatas kepala, di tempat teduh muncul pelan-pelan sebuah kapal besi besar, bentuknya ngga karuan, karena aku bangga sedikit jadi kapalnya berubah jadi kecil seperti kapal tongkang saja, lama-lama aku ngga menanggapi secara serius, aku lari menuju lapangan terbuka sambil menemui alumni SMA ku membawa kapal-kapalan dari pelepah daun kelapa. Enak sih beracting seperti anak kecil.

comment :
Pada suka manas-mana sih ...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home