Monday, January 30, 2006

nenekku pulang ke rahmatullah

Location : Damaran
Date/ Day/ : Minggu 29/01/06

Hari ini tepat pukul jam 04.00 pagi aku di bangunkan oleh ibu katanya nenekku sudah meninggal dan dia blang tidak bisa meluruskan tangannya. Aku beranjak bangun dan menghampiri nenekku, ternyata benar tangannya sudah kaku dan semut keluar dari telinganya. Aku coba meluruskan tapi juga ngga bisa. Yasya ponakanku juga bangun dan mulai ingin tahu, karena ibunya masih emosional jadi malah swasana jadi tegang, Bapakku mulai menelpon sanak saudara, dan aku juga mijit-mijit Hpku sms ke sanak keluarga yang kebetulan punya HP. Aca keceplosan juga berkata : "Pak dhe saya takut pocongan terbang." Mungkin karena pernah sinetron hidayah, jadi begitu tuh." Gumamku. Lalu aku keluarkan sepedaku menuju rumah must donk untuk memberi kabar duka. Kemudian aku balik dan menyalakan motor, seperti biasa kalau dengar swara motor pasti Aca ikut. Aku meluncur bersama dia menuju sanak keluarga terdekat. Di perjalanan Aca Cuma teriak-teriak tanpa beban menikmati udara pagi. Ada pohon tumbang melintang jalan jogja-solo depan SMA penampungan, sejak kemarin memang hujan deras dan angin cukup kencang.
Setelah itu aku di kamar melanjutkan sms dan Aca di sampingku menutup kamar. " Pak dhe lukisannya jatuh ke kasur" katanya. Rupanya Aca sudah paham dengan situasinya, memang kata-katanya bisa mewakili perasaan kami dengan bahasa yang lugas. Tapi masih berpikiran bahwa pocongannya nanti terbang ke langit. Jawaban atas pertanyaan dia tadi pagi masih di kejar lagi. Saat Bapakku menjawab nenek kembali ke tanah, aku langsung menimpali terbang ke atas biar kesannnya lebih indah begitu. Siangnya ternyata Aca malah ngga tidak takut di depan jenazah yang sudah di pocong, terkadang da menyerobot handycamku yang sedang mengabadikan. Tamu-tamu yang salah ngomongi tentang dia langsung dia ralat seketika, terkadang kepala ibu-ibu ta'ziah di menerima pukulan-pukulan kecil di kepala, entah maksudnya apa, tapi menurutku itu supaya berpikir yang benar dalam mensikapi sebuah kematian. Memang Aca sering mengalihkan perhatian dengan berteriak di depan para tamu menceritakan bagaimana dia ikut menarik gas sepeda motor tadi pagi, sambil berputar-putar seolah naik motor. Jadi khawatir juga aku, anak sekecil itu sudah pintar. Di pangkuanku kadang dia bergumam kata-kata "jiwa". Aku mereview sejenak peristiwa demi peristiwa sebelum wafatnya nenekku. Dari nenekku yang nembang tengah malam, sampai terbangnya burung perkutut dari sangkarnya. Sebenarnya ada cerita menarik tentang asal muasal burung perkutut itu, tapi nanti saja ceritanya. Kami lega misi nenek kami di dunia sudah selesai. Pintu alam selanjutnya telah di masukinya. Besok Saudara kami juga ada yang mau nikah, kami harus segera berbenah.

Wassalam

0 Comments:

Post a Comment

<< Home