Wednesday, December 27, 2006

burung pemakan mangga tetangga

Location : Damaran
Time/date : 03.00-04.00 wib / 26 Desember 2006
Story of my dream :

Jiwaku berada di sebuah gedung pertunjukan karena malam jadi nampak gelap ruangannya. Hadir sepupu-sepupuku bersama anak dan istri mereka. Seseorang menanyakan yang mana must donk, lalu aku tunjukkan orangnya. Kebetulan di memakai pakaian ala jadul juga, dengan melipat lengannya sampai tinggi. Sementara itu masing-masing menerima snack. Lagu pun mengalir dari TV d kamarku. Bersamaan itu pula kesadaranku dibawa ke sebuah panggung pertunjukkan belum jadi dimana aku dan seseorang, sedang berada lokasi calon tempat operator. Dibuat mejanya pemanen dari semen, telihat kawat-kawat betonnya belum dirapikan. Seseorang membuat kaset-kaset sendiri dan membagikannya.

Kami duduk-duduk di bawah lorong bangunan belum jadi itu. Mendadak ada yang bau kentutku, alamak dia langsung pergi menghirup udara busuk itu. Aku pun ikutan pergi biar ngga disangka kentut hehe. Kok pakai sarung ya aku, sambil ku kibaskan-kibaskan aku merapat lagi.

Puspa tajamnya :
Ibuku terbaring dikerumuni cucu-cucunya dengan kostumnya seperti nenekku sambil berkata bahwa saya sudah baikan dengan adik iparku. Padahal memang dari dulu ngga ada apa-apa. cuma aku jarang ngobrol saja, karena kasihan saja melihat wajahnya yang sedih. Atau orang-orang tidak tahu kalau kami sudah damai.

snap shops :
Terakhir aku lihat seorang wanita pakai cutbray kakinya cuma satu duduk di kursi, siapakah dia ?

Realty :
Aca juga sudah bermain-main lagi dengan bapaknya ketika aku mengunjunginya. Jangan-jangan pikiran saya sendiri yang membuat sedih hati atau swara-swara mengikutiku ?
Sebenarnya memang di awali sebuah kesenangan. Dan maksud bapaknya juga ingin menyenangkan anaknya. Aca suka sekali melihat api, tapi dia baru tahu kalau api itu menyakitkan.

08.00-10.00 wib

Jiwaku melihat landscape sebuah kota masa depan, yang kadang bias dengan kotaku Klaten, namun yang ini lebih futuristic bangunannya.
Kami berjajar antri enyah mau apa, ada chuson di situ juga.

Jiwaku berada di sebuah tempat dimana ada lampu bohlam yang sedang menyala (sebenarnya lampu kamar) tapi yang ini banyak sekali, mendadak berubah jadi buah mangga dan pohonnya.
Seperti pohon mangga di rumah Tommy tetangga depan rumahku. Susah sekali meraih mangga itu sampai harus berebut dengan kalong, dan burung. Buah mangga sudah robek-robek disekelilingnya sampai aromanya menyengat hidung.
"Ngga dapat mangganya, dapat burungnya deh," pikirku. Benar juga akhirnya aku dapat menangkap 2 macam burung, satu sriti dan satu lagi emprit pakai alat pengambil buah itu. Nah yang emprit ini gerakan masih kuat hampir lepas dari genggaman tanganku.
Sementara itu sekilas seorang wanita tinggi langsing berkostum blus melihat kegiatanku. diam menyarankan mengandangkan dalam sebuah kotak. Kecil begitu aku buka eh sudah ada seorang aktor namun setinggi sejengkal tangan saya.
Kalau ngga salah spiderman dah.Khawatir juga kalau bisa lepas nanti, spiderman khan pinter, sementara kandangnya cuma kotak kaca begitu. Akhirnya aku urungkan niatku memasukkan burung-burung kecil itu.

Burung sritinya nampak lemas tapi begitu aku lengah langsung deh lepas dan masuk ke celana dalamku heheh.Tahu deh kenapa jadi enak begini, seiring dengan itu rasa hatiku memberitahu itu sriti pelantun jiran itu. Aku pun merogohnya dan bangun heheh. kok bisa-bisanya plesetan dalam mimpi. Anehnya wanita tadi tidak cemburu. AKu pun bangun lalu membersihkan diri.

Radio IC mengarahkan jalan penalaran dalam mimpiku, swasana bisa hening dan hanya mendengarkan lagu dari radio.
Jiwaku di zaki saudaraku dia tiduran saja kalau habis mengantarkan ibunya ke sebuah bangunan mirip mall@belum jadi.
Kemudian jiwaku di sebuah kolam besar mirip bangunan yang dipasang kamera di mana-mana seseorang berpakaian putih-putih sedang acting sendirian
muncul dari sebuah tempat seperti tempatnya orang yang disegani, anehnya orang itu di seberang tembok tidak mau mendekatiku, tapi sibuk saja dengan akatingnya.
Akhirnya swara lagu slow menghentikannya dan kami dapat juga ngobrol di atas gedung memandang langit sore.

Jiwaku berada di sebuah ruang mirip garasi kosong tua kami sedang rapat namanya ........bahasa inggris lupa lagi hehe. pokoknya bisa diplesetkan ke bahasa jawa (nama buah).
Kami rapat kumpul di situ, seseorang memberiku benih yang bisa membuat tanaman buah itu. Butir-butiran kecil itu di tebarkan di dalam ruangan yang berubah sekejap jadi kebun.
dan tumbuhlah pohon-pohon kecil itu, hadir ari adiiku yang menghitung keuntungan benih yang jadi dan tidak. Di dalam ruang itu ada seorang wanita dari jurusan biologi.
Katanya di tulis di kantong plasti itu. Sejenak aku berpikir darimana mereka tahu ya ? aku kemarin sempat menawar sebuah bibit tanaman dengan membandingkan dengan se sachet biji-bijinya ?
Satu sachet harganya Rp.10.000,- dapat sekitar 20 butir sedangkan satu benih tanaman siap berbuah satunya Rp.15.000,- Manis sih teh roselle.

Balik lagi ke garasi papan itu, rupanya tegep masuk, dan ikut juga rapat. Kapan-kapan dia mau memakai juga untuk rapat dan menanyakan kuncinya yang bawa siapa.
Dia ikut-ikutan membuat plesetannya. Singkat cerita rapat selesai kami pun pulang, dari belakang aku bisa mendeteksi siapa-siapa mereka ternyata teman-temanku SMP
yang suka budidaya tanaman. Ada ali yang rambutnya keriting, sekejap juga ridwan. Mungkin pada lihat pameran bunga di plasa kemarin. Biasanya kalau pulang kampung pada belanja ke situ deh.
Kami melewati sebuah gedung tua, di atas ada lampu spot light yang bisa gerak manggut-manggut, lalu lampu itu di ganti kepala manusia bule, jadi seolah dia sudah datang pagi-pagi sekalai padahal itu cuma duplikat wajahnya saja.
Kalau dilihat dari jauh memang mirip sekali dengan kepalanya yang plonthos. Kemudian kami melihatnya dia cipika cipiku dengan patungnya sendiri tanda terimakasih sudah di jagakan.

Tiba-tiba frekeunsi hatiku terkontaminasi dengan swara wanita yang komplain tentang pulsa telepon, seperti bulikku yang di kalsel. Tapi kok bias dengan pak tonga yang di TPRA.
Mungkin dia cuti natalan. Ada ibunya bagyo yang bawakan surat lamaran, mungkin bagyonya pulang kampung.

Location : Damaran
Time/date : 04.00-06.00 wib / 26 Desember 2006
Story of my dream :

Jiwaku berada di basin ketika masih belum di pugar rumahnya berarti jadul lagi, swasana agak remang-remang di situ tapi memang
berkesan banyak tamunya. Salah satunya seperti mirip MM SR'91 bersama suaminya sedang menerima tamu entah darimana. Anaknya masih balita walaupun keriting tapi manis heheh.

note :
jadi ingat catatan mimpi jadul. Yang jadi pertanyaanku kenapa kalau mimpi dia lokasinya di rumah nenek ?

Jiwaku meloncat lagi ke jaman lebih dulu lagi, ketika masih SMP, kami di kelas, tiba-tiba datang seorang tentara mirip guru sejarah SMA ku menodongkan brem-nya ke arahku, sampai nyentuh bagian tubuhku alias menyodok.
Sakit juga rasanya pak, aku pun beranjak dari tempat duduk dan mencoba bertanya kenapa ? Ternyata di belakang bajuku, di tempeli kertas bertuliskan : bla bla ...audit bla bla, kalau di plesetkan swaranya kedengaran seperti tokoh itu.
aku tahu bukan tentang keuangan. Sambil menahan kekesalan. Tiba-tiba sekolah swasananya berubah berada di sebuah perkebunan kami siaga menempati barisan di balik pepohonan yang baru tumbuh.
Aku berkostum hitam putih seperti orang kantoran dan yang lain pakaian tentara jadul heheh. Datanglah seorang bule yang mencariku. Heran juga bule itu kenapa pada siap siaga begitu seperti mau perang saja, sementara tidak merasakan hal itu, sebuah pistol di masukkan plastik di centelkan di sebuah pohon dan aku meraihnya, seolah memang akan ada bahaya.

comment :
Seingatku saudaraku di LN pernah cerita tentang bisnis keluarga aidit di sana.
Cukup sering merasakan sodokan-sodokan itu tapi waktu itu memang ngga melihat hanya merasakannya. Terimakasih pada yang telah membukakan mata batinku.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home