Monday, December 19, 2005

Main hujan-hujanan


Location : Damaran
Date/ Day/ : 19/12/05
Story of the beating of my heart :

Subuh Time
extreme close up :
sebuah kertas bertuliskan panggilan dari DUREN, hmm kok mirip perjanjian kerja. Duren yang di maksud nama atau singkatan duda keren, aku khan masih bujangan.

cut to:
hujan deras di sebuah lapangan, kita lempar-lemparan bola, ada Ridwan, Nursyam dan teman-teman SMA, lokasinya seperti daerah kebun bibit. Aku hanya mencandai mereka saja yang kelihatannya serius mau mengadakan arisan, arisan di bagi beberapa kelompok, untuk bapak-bapak, duda, dan yang masih bujangan. Setiap orang boleh ikut arisan lebih dari satu......Ridwan ganti baju dengan pakaian baru, lalu aku cipratin dengan air hujan ( aneh hujan kok ngga basah ). Lalu dia mendatangiku dan memberikan sebotol tabung kecil berisi air dan diberikan kepadaku, " nih aku kasih madu." Lalu aku cipratin ke dia hehehe lha wong air begitu dibilang madu. Aku sambil lari pulang ke arah kost-kostan jaman kuliah dulu. Seorang wanita mengikuti dari belakang, girang sekali nampaknya dia. AKu memilih gang yang berbeda supaya tidak ketemu wanita itu...eh sampai di depan rumah sudah dijemput ibunya. Siapa yah wanita itu ?

posisi tidurku memutar ke kanan menghadap ke utara.

lokasinya sudah di kampung lagi, di bawa kejaman dulu kala. Masjid masih berlantai pasir, aku datang terlambat rupanya habis ada acara makan-makan. Aku melihat di atas ada pecel lele tersisa satu, lalu pelan-pelan aku cicipi ehmm masih segarr...Tetangga yus depan rumahku sempat melongok, " habiskan aja ." katanya. Tinggalah aku dan ibunya Yus di dalam masjid. Tapi seperti ada sesuatu yang ingin ikut pada ibunya Yus. Dengan serta merta ibunya menolak, dengan bahasa mereka. Penasaran sekali.....kok aku ngga bisa lihat ? Kemudian aku sholat baru rakaat pertama, aku melihat makhluk-makhluk kecil berkeliaran di sekitar kampung yang masih semak belukar dan gersang. Hmm wujud mereka putih tapi sekitar mulutnya berlepotan darah. Malas juga melihatnya ....karena takut digigit maka aku batalkan sholatku. Swasana kampungku dulu mungkin seperti ini. Akhirnya aku bangun dan sembahyang Subuh.


Time 08.00 wib
DI sebuah tempat ( mungkin SMP2 ) pertemuan atau rapat di hadiri oleh alumni-alumni SMP2, setiap orang mendapat giliran bicara. Pas pak Purwoko bicara ," wah ini pasti lama nih." Begitu gumamku dalam hati. Benar juga ternyata dia malah sempat berjalan-jalan ke setiap audeien sambil menawarkan sebuah kartu. Aku lupa tadi acara rapat apa ya ? Apakah pengaruh dari swara radio di sebelahku. Lalu kami istirahat keluar ruang Pak pur masih juga bicara kencang di luar seperti pakai mikropon.
" Ngomong-ngomong itu MLM bukan Pak?" tanyaku dalam hati. Kenapa dia menguasai frekuensi gelombang mimpiku. Mana yang lainnya ? Begitu kami masuk ruang kami mendapatkan mendaptkan bungkusan paper bag dan di dalamnya ada kotak lagi entah apa isinya. Konsentrasiku pindah ke sebuah laptop kecil yang di taruh di setiap meja para peserta. " Bolehkah ini di bawa pulang ?" kataku dalam hati, aku lihat beberapa bangku sudah tidak ada laptopnya. Sidah agak usang sih wujudnya. Ah sepertinya juga tidak enak untuk nulisnya karena kibornya terlalu kecil. Lalu aku taruh lagi di meja. Kemudian peserta sudah ada pulang semua tinggal beberpa bapak=bapak di depan sedang ngobrol, swasana sudah semakin gelap, mendadak kantong tas besarku sudah lenyap entah siapa yang bawa. Kata bapak itu masih ada di situ, tapi memang dia hanya menghibur saja sih. Setelah aku cari-cari kemana-mana tidak ada, sepertinya di bawa peserta lainya. Tapi aku tidak purus asa mencari terus, seperti aku sudah pindah frekuensi sebab Bapakku dan keponakanku datang ikut mencari tas itu. Pintu-pintunya kuno masih seperti dulu ketika aku sekolah, tapi ruang yang berlaser warna hijau sebagai penguncinya. Kalau di pegang swaranya seperti kelebatanya pedang jedi star wars. Ruang kosong tinggal aku sendirian, masih ada sedikit rasa kecewa karena tas tadi tidak ketemu.

Cut to:
Di depan warung Salman tepatnya di pintu warungnya Bobi, aku lihat penjual buah-buahan, aku melihat Hary adiknya Purwoko di pinggir jalan dekat pohon kemudian aku mengahmpirinya mengkalkulasi berapa biaya yang telah dikeluarkan : setelah aku gobrol dengan adikknya ( wajahnya kok Heru tetanggaku di kampung ), " Aku ganti 22 ribu ya." Hah aku agak kaget padahal, tidak mungkin banget dia bakal ngomong sekecil itu." Lalu " Untung ngga aku turunkan di Cengakreng kemarin."katanya. Kok begitu ya bicaranya, ah mending besok saja aku bicaakan dengan ak pur sendiri, mungkin bisa 10 kali lipatnya.

Cut to :
Aku mendapatkan Pak Purwoko dengan pakaian koko putih, rencana naik haji Jum'at depan. Aku diminta ikut melepaskan kepergiannya.

Note :
Jadi pak pur yang nerocos tadi karena keseret ke gelombang radioku ya ? Lha iya pak Pur yang ini, kok jadi kalem begini hehehe ? Benar atau tidak Pak Pur ke tanah suci, aku ngga tahu.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home