Sunday, August 07, 2005

back to office

Location : Damaran
Day/Date/time : Minggu 07/08/05 - 12.00 wib without music
Story of the beating of my heart :

Kesadaranku di bawa ke Papua, swasana gunung gemunungnya abu-abu, jurang-jurangnya keliatan dalam, sebuah katrol seolah menancap dinding bukit, bergerak memutar tanda ada aktivitas di sana. Sekejap aku sudah berada di kantor tempat aku bekerja dulu, yaitu etsberg. Ternyata aku di ajak seseorang mirip indro warkop, mungkin pak hermansyah sudah gemuk jadi seperti indro heheh. Sekejap aku sudah di luar kantor di pinggir jurang, padahal dulu tidak begitu pinggir lho. Aku mlipir-mlipir melihat aktivitas yang di lakukan pekerja membawa barang melalui katrol besar itu. Mungkin lebih mirip jembatan kecil. Aku lihat teman aku membantu mendorong barang itu karena pekerjanya kurang. Aku jalan dekat tembok kantor jika lewat jendela aku menengok sejenak. Eh pas melongok ke dalam jendela malah di suruh sama seseorang di dalam. Aku balik lewat pintu masuk dan merasakan seperti kantor waktu di QMS dulu. Sambil menyusuri gang aku tengok setiap ruang agar tahu ada aktifitas apa. Ada ruang di mana ada sepasang manusia yang ngobrol di atas ranjang, pakaian mereka rapi-rapi, ada orang-orang yang sedang rapat, rupanya aku tidak ada yang kenal. Mungkin sudah ganti semua staff-nya, Cuma mereka kok ramah ya padaku. Terus aku lihat kamar kecil yang lantainya dipenuhi kasur, mungkin ada pegawai yang suka tidur di sini, atau bias dengan sebuah rumah kost. Kemudian sampailah aku di ruang multimediaku dulu. Belum sempat aku buka pintunya seorang wanita tinggi semampai muncul dari pintu, lalu dengan cepat aku mengulurkan tangan untuk menyalaminya. Rupanya dia tergesa-gesa entah mau kemana, setelah menyalamiku langsung pergi. Tapi kepalanya menengok ke arahku, "aku di hatimu," bisiknya lembut cieeee.

Cut to:
Int: sebuah rumah seorang presenter yang cukup terkenal. Biasanya kalau ngemsi bertiga. Kebetulan aku dan keluarganya lagi makan di ruang makan, aku amati interiornya.
Sebagian dindingnya di biarkan kelihatan batu batanya. Entah apa pertimbangannya, karena artistik atau kurang uang untuk beli semen. Yang jelas aku tidak mengira presenter seperti dia rumahnya sangat sederhana, Bapak-ibunya tinggal serumah dengan dia tentu saja istrinya juga sedang anaknya masih SD. Kok mirip Indro juga ya ?

Cut to :
Barang dari kantor atas tadi mau di angkat ke kantor bawah, di angkat dengan moda yang di tarik oleh kendaraan yang kami tumpangi, nah teman aku tadi ada di bawah barang itu bersama temannya. Pertanyaan lagi buatku, ngga takut baret-baret badannya tuh. Aku lihat percikan api keluar dari topinya ketika menyentuh aspal. Aku lihat kota TPRA dari atas. Semakin aku lagi ada di Papua.

Suatu saat kami melewati gundukan parit kecil yang melintang jalan. Hati kecilku bilang." Wah kayaknya bakalan sakit tubuhnya kena gundukkan itu." Ketika kami melewatinya, eh malah dia turun kedua-duanya. Masuk masuk parit hanya pakai kaos oblong putih. Di perjalanan aku sempatkan untuk berkenalan dengan wanita tinggi semampai tadi. Aku tanya asalnya dan dulu seklah dimana? " Aku dari Jakarta kok," katanya. " dulu kuliah di Untag" katanya lagi. Aku dudu di jok belakang kebetulan kendaraan kami terbuka jadi agak terang, walau agak pucat. Aku duduk di jok belakang, dia di depan sambil tangan kirinya di bentangkan di atas pungung jok-nya, aku lihat tangannya mulus banget, jari-jarinya lentik, kuberanikan diri untuk menyentuhnya, eh dia ngasih lampu ijo. Akhirnya kami sampai kantor, di dalam kantor dan mulai membongkar barang, ternyata pak bos tidak kaget 2 orang tadi jatuh di jalan atau melarikan diri, malah memperlihatkan di bawah box tadi ada papan berpaku juga yang bisa menembus bila di satukan. Entah apa maksudnya aku tidak tahu. Apa tadi mau di siksa ?

Comment : Nyesel tidak menanyakan nama wanita tadi.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home