Thursday, July 07, 2005

don't punky with my heart

Dear Blogger,
Siang tadi memang jiwaku di bawa ke mana-mana mengarungi gelombang mimpi, ke Bandung, Cilegon, Magelang, dan antah berantah. Ada asyiknya juga, di peluk oleh wanita dari belakang memakai sweater warna maroon. ah !!! Tapi cerita detailnya besok saja ya, sekarang ijinkan aku untuk menceritakan sedikit tentang kakek dan nenekku.

Kebetulan nenekku ingin dekat dengan kakekku terus jadi kamarnya jadi satu. Tidak beda denganku beliau juga selalu menghidupkan TV kalau ngga radio. Sering radionya tidak pas gelombangnya jangan sangat "noise" sekali. Tapi justru itu yang bikin kita bisa naik. ( naik = memperjelas bisikan hati ) Tapi kalau sudah masuk dimensi super real biasanya aku benerkan gelombang nya, takut naik ke dimensi lebih tinggi lagi heheh. Sementara aku di sebelahnya sedang menyetel MP3 player lagu pengiring tidurku, tiba-tiba pikiranku melesat ke nenek. Lagi apa beliau gerangan ? Nah saat itulah nenekku kemudian ikut menyanyi, biasanya "laras madya" yang mengingatkan pada kematian atau "tombo ati". Biasanya kemudian aku datang dan melihat nenek yang lagi menyanyi, kulihat wajahnya yang menatap kosong kelangit-langit seperti melihat malaikat Malik saja. Dalam hati aku tersenyum saja, biarlah beliau menantikkan saat di jemput ke alam baqa dengan senyuman. Sesekali aku rekam pakai handycam dan aku minta beliau menyanyi buat kenang-kenangan cicit-cicitnya nanti. Jarang aku lihat ekspresi nenekku tersenyum, sebab setiap yang datang selalu menaruh iba kepadanya. Jadi "hati hati" para penjenguk akan termanifes pada wajahnya. Padahal beliau sebenarnya jenaka lho, sebagai contoh ketika aku datang, ketika di depan kamar selalu aku buang jauh-jauh pikiran tentang mati itu. Biasanya nenekkku langsung menebak mimpi-mimpiku semalem, atau " Tuh ada yang nyari di Jakarta !"
Lalu aku pegang tanganya yang tingal tulang dan kulit keriputnya, aku rasakan pergeseran antara tulang dan kulitnya hingga nenekku tersenyum. " gimana supaya bisa gemuk lagi, mir ? " Aku jawab saja, " Makan yang banyak mbah." terharu juga akhirnya. Sebenarnya jiwa nenekku masih muda," tadi barusan masakin buat mbah kakung." katanya. Padahal menggeser badan pun ngga bisa. Aku yakin hatinya gembira sekali. Badannya yang kecil ( 150 cm ) itu sewaktu kami masih SD, sering jalan kaki ke pasar untuk menjual barang dagangannya, subuh-subuh sudah berangkat jam delapan sudah pulang membawa penganan/ kue buat cucunya. Kamilah yang menghabiskannya. Kegiatan berdagang itu berlangsung sampai sekarang, saat kakinya masih berfungsi. Semua alat transport sudah di rasakannya, tetapi tetap pakai kebaya. Berbeda dengan kakekku yang usianya lebih tua 5 tahun ( 85 th tahun ) setiap harinya ke sawah, mengusir burung pipit yang menganggu sawahnya. Sekarang masih nampak bugar, kegiatannya Cuma membaca Qur'an arab gundul. Walau sering batuk kalau malam hari, maklum rokok klobotnya juga kenceng. Kalau kakek bisa baca tulis, nenekku pernah ikut kejar paket A, lucu sekali bukan ? Karena tidak mau ketinggalan jaman atau di ejekin cucunya heheh. Sampai ikut kegiatan rutin merawis juga bersama ibu-ibu segala. Itu dulu saat badannya masih bisa berjalan. Wasssalam.

1 Comments:

Blogger galeria agung zuceng said...

wah romaantis banget, pasti baru jatuh cinta ya... hanyo sama siapa?

Sat Jul 09, 11:01:00 PM  

Post a Comment

<< Home