Wednesday, June 08, 2005

SR'92 dan cerita Gasper

Location : Damaran
Date/ time : Selasa - 07/06/05 – esuk uthuk2
Story of the beating my of they heart :

Bersama alumni SR’92 sekelebat ada Ira khen, Riri, Pepi, dudk-duduk.tapi settingnya di SMA. Aku melintas dengan pakaian apa adanya seperti keseharian.
Tiba- tiba aku mau cari toilet, eh ketemu Naim, di dalam toilet ada seorang anak kecil lagi mencuci.

Cut to:
Di sebuah tempat antah berantah luas sekali, aku lihat memenuhi cakrawala masjid putih besar sekali. Lalu aku datangi untuk memastikan apakah itu hanya fatamorgana atau beneran. Ternyata setelah dekat ada seorang yang sengaja memantulkannya ke langit seperti sebuah hologram melalui alat dengan display.
Sekilas adikku Ari ada di situ.

Time : 11.45 wib
Ext : daerah bandung.
Aku berada di sebuah rumah seorang pemulung. Dengan sepedanya hasil pulungannya dia bekerja. Setiap hari sepedanya berubah, karena di jual setelah di modifikasi. Aku beli sepeda hasil pulunganya itu walaupun bentuknya tidak “mbejaji” hihi. Di belakang aku ada seorang, entah dari mana dia datangnya. Tiba-tiba bonceng di belakang, seorang berseragam SMP, dia berkata bahwa gasper aku ketinggalan dan di temukan orang di sana. Aku ngga habis pikir, sebab selama ini aku ngga pernah pakai gasper kalau keluar kota. Aku cuekin saja, tapi anak itu di telepon lagi oleh si penemu itu untuk menebus. Sepertinya perasaanku di tarik-tarik saja. Kalau di pikir berapa sih harga sebuah gasper. Aku sempat berpikir kaau ini sebuah pemerasan akan aku panggil ( dengan membayangkannya saja ) Aswin untuk menangani. Aku bayangkan dia pakai motor gedhe putih seperti layaknya polisi datang membawa "kecrek" dan menangkap orang itu hehe…Lalu kami berdua menepi sebentar dan duduk di sebuah taman, depan LBIP. Anak itu menanyakan bagaimana sikap aku jika dalam keadaan seperti ini. Aku bilangin sebaiknya ngga usah di gubris saja, orang ingat saja tidak kok. Lalu anak itu berkata lagi,”Kalau begitu ibadahmu belum betul”. Wa lha ini bikin ngga suka, jadi panjang nanti perdebatannya. Cuman tujuannya sudah jelas sekali di depan mataku, yaitu minta uang. Aku kasih tahu bahwa 3 tahun aku nganggur, masih saja mereka menganggap gajiku 5 juta. Tapi aku ngga pernah mengeluh dalam hati…lebih banyak bercandanya. Tapi ngga tega juga melihat wajah memelas anak itu, aku keluarkan 5 ribuan, lalu aku tambah lagi 5 ribuan lagi. Untuk menetralisir hati yang kesal, aku hibur diri,”Ah ini juga aku anggap ambil dari bunga bank”. Eh begitu ada aku mengeluarkan uang dua orang “njedhul” dengan tidak di nyana-nyana entah dari mana dia. Dia bilang dapat nomor HP dari buku alamat kecil ini. Sambil menunjukkan buku hitam yang hanya seukuran 5x3 cm bertuliskan emas itu orang itu berkata,” Aku sudah menghubungi alamat yang tertera di buku itu bahwa Amir itu adalah kamu.” Hati batinku bertanya kenapa dia tidak menunjukkan gaspernya ya ? Aku sudah merasa tertipu dan ini pemerasan. Hampir aku marah mendengar ocehan orang itu. Untung ocehannya berirama dan hatiku cenderung mengikuti irama lagu itu. Ternyata lagunya west life yang berjudul Flying without wings. Aku bangun dan menyayikan lagu itu dalam hati, rupanya sudah waktunya sholat dzuhur.

Analisa :
Hari esoknya aku berpikir kenapa tidak aku cari ya gasperku. Eh ternyata betul hilang satu, bingunglah aku, setelah aku tanyakan Bapakku ternyata memang benar gasperku mau di minta ponakanku yang masih 2 ½ tahun itu. Setelah aku cari memang ada di kamarnya. Tadinya mau di bawa ke rumah neneknya di Kudus tapi ngg boleh oleh ibuku. Sekarang dia sudah di Kudus. Kenapa aku ngga “ngeh” ya, ketika kemarin nelepon heheh.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home