Friday, April 29, 2005

Gboy dan misteri kalajengking

Location: Damaran
Date/time : Jum’at, 29/04/05 – 05.00 wib
Story of dream :

Cut to:
Ada Bambang Gboy dan jeep warna item mengangkat barang, aku membantu menalinnya. Karena lihainya dia mundurpun bisa di dari depan body mobil, sudah mundur menikung. Tapi kok jeepnya item boy, bukannya pick up silver boy heheh.

07.30 wib
Kali ini apes buat aku karena musik yang mengiringku mati dengan sendirinya, aku mimpi tidak enak sekali, lokasinya seperti di kampungku sendiri. Aku lihat segerombolan anak muda, salah satunya berambut gondrong, mengingatkanku ketika mimpi di rumah mas Ikka. Beberapa orang membunuh tikus dengan pisaunya, sampai pisau itu juga melukai diri mereka, aku yang di suruh memegangi juga tergores dan luka berdarah, tapi tidak terasa sakitnya. Terus mereka bakar dagingnya, hiii jijay tapi aku tahan, aku di suruh makan lagi, tiba-tiba sudah ada di mulutku sedikit. Aku di suruh merasakannya, memang tidak enak benar...dan kenapa sudah di mulutku, sekian kali aku merasa di dzolimi, sekian kali aku menahan diri. Rasanya asin campur busuk, aku sudah mau melepehnya tapi tidak enak sama orang disampingku. Akal hatiku membawa kepada Ikka dan mengingatkanku pada kalajengking yang aku bunuh ketika di kamar mandi dulu. Kemudian aku lepeh juga 2 sayat daging busuk tadi dari mulutku, Eh benar juga, isinya kalajengking dan satu lagi apa aku ngga tahu. Kalau berkata dalam hati kenapa musti di perlihatkan dalam mimpi ?

back to realty:
Aku bangun terus aku marahi siapa pun yang mendengar hatiku, biasanya kenudian ada yang menyebut nama-nama yang aku sukai biar ngga marah-marah, enak benar giliran mau marah ngga boleh, tapi tiap hari pasti ada yang kompor-kompor. Sungguh perbuatan tidak terpuji!

Kalajengking juga mengingatkanku " Untuk tidak menunda pembayaran gaji pada karyawan" Faktanya memang aku yang belum di bayar penuh setelah mengerjakan desain sebuah buku di rumah itu, baru di bayar Rp.200.000,- konon katanya akan di hapus nama ku.

11.45 wib: Aku hidupkan musik soundtracknya film Titanic supaya tidak mimpi seperti tadi pagi.
Tiba-tiba aku berada di jalan kircon Bandung, aku di langgar/di salib oleh mobil defender hitem yang bisa meliuk di tikungan tajam, nbil itu berpapasan dengan mobl dorengdi tumpangi teman-tema aku ketika di Freeport. Mereka tersenyumdan melambaikan tangan walaupun sudah jauh. Dalam hatiku apakah mereka kalau cuti pada dikawal tentara ya ? Timbul keinginan aku untuk menemui da, aku berbalik arah dan di jalan ketemu Ikka sobatku dan seorang bapak-bapak, kami masuk di gang setapak, ada jalan yang menapak tembok sehingga harus turun pada saatnya tibadi pintu gerbang rumah orang, bapak tadi menunjukki kemana dia akan berbelok supaya tidak tersesat, tapi dia tidak tahu siapa yang menunjukki. “Tanya mas djafar tuh,” kata Ikka “Mau lihat yang menunjukki ? Tar pada takut lho ,” kataku bercanda sambil melanjutkan perjalanan. Jadi sepanjang perjalanan kalau ketemu pertigaan bapak tadi serta merta mununjukkan jari kelingkingnya kemana jalan yang harus dipilih. Tujuan kami adalah mencari masjid untuk Jum’atan. Tibalah kami pada suatu daerah aku lihat dua orang agi menggali pada lobang, lalu aku lempar dengan kue mega mendung yang ada tiba-tiba ada di tanganku, maksudnya untuk memastikan itu orang atau bukan. Ternyata orang dan kami mendekati, suasana tanbah pekat auranya, seperti bercampur minyak zaitun. Bermunculanlah orang-orang salah satunya berjenggot seperti orang timur tengah, menuju tempat yang lebih tinggi mirip sebuah padepokan. Aku berjalan menelusuri jalan yang di lewati orang nerjenggot tadi. Rupanya tempat ini adalah mess dan resto. Dua orang meuncul dengan T-hirt putih berkelir merah jambu, salah satunya wanita agak gemuk. Kemudian aku menanyakan apakah tadi ada orang freeport yang mampir ke sini, “Oh iya tapi sudah pergi lagi, tadi ke sini cuma makan sebentar terus pergi lagi, mungkin mencari penginapan yang lebih bagus”, katanya.
Sementara itu Ikka yang sibuk melihat kegiatan orang-orang di situ aku tinggal dan aku mencari angkutan untuk mencari mobil doreng tadi, aku lihat mobil kijang ada logo penerbangan di tanah lapang yang akhirnya kuketahui adalah logo Luftansa, rupanyta dari tadi mas Nuaim juga berada pada frekwensi yang sama. Akhirnya aku balik ke penginapan tadi, orang-oragnya belum aku kenal tapi ramah-ramah, kali ini kesadaranku pendengaranku pada sumber swara yang paling dekat dimana aku tidur. Aku lihat ada beberapa anak-anak memainkan musiknya dengan alat ala kadarnya, seperti; tang, gunting, sendok, panci, “lho mana yang bermain biola ?” gumamku. Oh, ternyata ada di sebelah kamar sambil duduk. Rupanya Ari adikku lagi tune in juga pada gelombang hati yang sama. Hmm..persis banget dengan soundtrack-nya film Titanic (Irish). Aku tak mau kalah ambil bagian memukul bak plastik wadah air. Ya iyalah lha wong swara berasal dari komputer...heheh. Aku terus menanyakan di mana ada masjid, “lha itu masjid.” kata Ikka. Ternyata sudah di depan kami jamaah pada duduk khusuk tak jauh dari orang yang ku lempar kue mega mendung tadi.

Analisa :

Biasanya kalau habis subuh ada bapakku yang sudah bangun mimpinya bisa di kendalikan, musik masih hidup. Ada sebuah lemari es dengan coklat wafer di dalamnya, selintas Arifin ada di situ, karena siangnya aku memang lihat-lihat lemari es di toko. Gambarnya ada di bawah sadar dengan intensitas tranpsparannya kurang dari 100 % bercampur dengan sahabat-sahabatku yang lagi kontak batin.

Pas mimpi segerombolan pemuda itu bapakku sudah meninggalkan rumah, sehingga sinyal langsung masuk ke aku tanpa kemasan atau tambahan dari orang sekitarku.
Tapi faktor bunyi-bunyian memang sangat mempengaruhi.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home